sosiologi MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH
MAKALAH
SOSIOLOGI
PENDIDIKAN
Tentang
MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH
Disusun oleh :
Kelompok: IV
Fira Marta Fauziana : 412. 596
Elvi Junita
: 412. 196
Rani Fajrina : 412. 174
Yani Hertika : 412.
Drs.
Zainimal, M. Ag
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI-A)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
IMAM BONJOL PADANG
1434 H/ 2013
MASYARAKAT
DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH
I.
PENDAHULUAN
Dari
lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Manusia adalah
makhluk sosial yang hidup saling berhubungan dan hidupnya bergantung kepada
orang lain. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan
orang-orang disekitar dan mengalami pengaruh serta mempengaruhi orang lain.
Dan
juga kebudayaan dipengaruhi oleh kontak dengan kebudayaan lain yang dipercepat
oleh perkembangan komunikasi dan transport. Dan ini berguna untuk memecahkan
masalah-masalah atau sebagai alat untuk mencapai tujuan masyarakat. Antara
masyarakat dan kebudayaan saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.
Interaksi sosial sangat utama dalam
tiap masyarakat. Hubungan antara individu itu bukan sepihak melainkan timbal
balik. Kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi
individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial.
II.
PEMBAHASAN
A. MASYARAKAT
Masyarakat
sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Dalam pengelompokan
tersebut seing dibedakan antara kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer merupakan kelompok
pertama dimana ia mula- mula berinteraksi dengan orang lain, yakni keluarga,
kelompok sepermainan dan lingkungan tetangga. Dalam kelompok primer terdapat
hubungan temu muka langsung dalam suasana akrab. Dalam kelompok ini ia
mempelajari kebiasaan fundamental seperti bahasa, soal baik buruk, kemampuan
untuk mengurus diri sendiri, kerjasama dan bersaing, disiplin dan sebagainya.
Kelompok primer ini juga sering disebut gemeinschaft.
Kelompok sekunder
dibentuk dengan sengaja atas pertimbangan tertentu berdasarkan kebutuhan
tertentu seperti perkumpulan profesi, organisasi agama, dan partai politik
yang anggotanya mungkin tidak pernah
saling bertemu. Kelompok sekunder ini dapat hidup lama melampau suatu generasi.
Kelompok sekunder sering disebut dengan gesellschaft.
Penggolongan
berdasarkan fungsinya ada dua yaitu kelompok “orang-dalam” ( in-group) dan
kelompok “orang-luar” (out- group). Kelompok orang dalam terdapat dalam
kelompok primer maupun sekunder, dalah kelompok yang kita rasakan sebagai
solider, setia, akrab, bersahabat dan rapat. Kita merasa bersatu seperasaan,
sepemikiran, seperbuatan dengan mereka,
dan rela mempertahankan, melindungi dan berkorban sehingga kita saling
merasa senang, memahami penuh cinta dan simpati. Rasa in- group sangat kuat
dikalangan murid- murid, khususnya pada tingkat SMTA.
Terhadap
kelompok orang luar kita merasa tidak
senang, bahkan benci, menganggapnya sebagai sainggan, lawan dan ancaman.
Dalam kelompok ini suatu kelompok akan merasa lebih baik dari pada kelompok
orang lain. Bangsa, agama, sekolah dirasa melebihi kelompok orang lain.
A. KEBUDAYAAN
Hubungan
antara individu bukan sepihak melainkan timbal balik. Kebudayaan mempengaruhi
individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan
sehingga terjadi perubahan sosial. Kebudayaan dapat dipandan sebagai cara- cara
mengatasi masalah yang dihadapi. Ada masalah yang universal seperti memenuhi
kebutuhan biologis, namun tiap- tiap masyarakat memilih solusi yang dianggap
paling sesuai sehingga tidak ada kesamaan kebudayaan antara satu masyarakat
satu dengan masyarakat yang lain.
Kebudayan
dipengaruhi oleh lingkungan fisik seperti iklim, topografi, kekayaan alam dan
sebagainya. Kebudayaan daerah tropis berbeda dengan kebudayaan didaerah dingin,
kebudayaan didaerah gurun berbeda dengan kebudayaan daerah berhutan. Namun
manusia tida semata- mata pasif. Adanya barang tambang tidak dengan sendirinya
menimbulkan industri.[1]
Kebudayaan
juga dipengaruhi oleh kontak dengan kebudayaan lain yang dipercepat oleh
perkembangan komunikasi dan transportasi. Kebudayaan dapat dibedakan kebudayaan
eksplisit yang dapat diamati secara langsung dalam kelakuan verbal maupun non-
verbal pada anggota- anggota masyarakat. Contohnya kelakuan dua orang atau
lebih dalam situasi- situasi normal menurut peranan masing- masing misalnya
dalam interaksi antara suami- istri, 0rang tua- anak. Guru- murid, atasan- bawahan
dan sebagainya. Kebudayaan implisit terdiri atas kepercayaan, nilai- nilai dan
norma- norma yang dapat ditafsirkan ahli antropologi untuk menjelaskan berbagai
kelakuan anggota masyarakat. Dengan nilai- nilai kebudayaan anggota masyarakat
mengetahui apakah yang layak, pantas, baik, atau seharusnya. Nilai- nilai dapat
bersifat positif yakni apa yang diinginkan contohnya soal kebersihan dan
kesopanan dan bersifat negatif yakni apa yang tidak diinginkan misalnya soal
penipuan dan kekerasan.
1. Bentuk-
bentuk kebudayaan
Para
ahli sosiologi pada umumnya sependapat bahwa isi dari kebudayaaan itu dapat
menjadi dua buah unsur komponen yang nyata, yaitu komponen material dan
non-material.
a. Kebudayaan materi
Bagian materi dari kebudayaan itu meliputi
segala sesuatu yang telah diciptakan dan digunakan oleh manusia dan mempunyai
bentuk yang dapat dilihat dan diraba. Dengan kata lain eksistensi yang konkrit
dari suatu produk buatan manusia tanpa memandang apapun juga ukuran, kerumitan
pembuatan, tujuan, ataupun bentuknya, memberikan ciri kepada kebudayaan itu.
Rumah, pakaian, mobil, kapal, gedung dan pesawat televisi, semuanya ini adalah
contoh-contoh dari kebudayaan materi tersebut.
Kebudayaan
materi itu mudah dikenali, kebudayaan tersebut mempunyai kaitan dengan
aspek-aspek nonmateri dari kebudayaan yang tidak begitu dipahami. Ini
dibuktikan oleh kenyataan bahwa benda yang sama boleh jadi mempunyai kegunaan
atau arti yang berbeda dalam kebudayaan yang berlainan.
b. Kebudayaan
non-materi
Aspek
non-materi dari kebudayaan ini merangkum semua buah karya manusia yang ia
gunakan untuk menjelaskan serta dijadikan pedoman bagi tindakan-tindakannya,
dan itu tak hanya dapat ditemukan didalam pikirannya orang-orang. Dikenal dua
buah kategori dari kebudayaan non-materi itu. Kategori pertama meliputi apa
yang secara luas dapat didefenisikan sebagai norma-norma individu, sedangkan
kategori kedua meliputi kelompok-kelompok norma-norma yang membentu pranata
sosial (social institutions).
·
Norma-norma
Norma-norma
ini dapat didefenisikan sebagai standar-standar tingkah laku yang terdapat
disemua masyarakat seperti misalnya bagaimana sarannya berpakaian pada
peristiwa-peristiwa tertentu atau bagaimana menegur atau menyapa orang-orang
dari kelas-kelas berlainan. Sebagai suatu bagian dari kebudayaan non-materi,
norma-norma tersebut menyatakan konsepsi-konsepsi yang teridealisir dari
tingkah laku.
·
Istilah norma
itu diinterprestasikan mencakup pengetahuan, keyakinan dan nilai-nilai.
Konsep-konsep ini telah banyak sidefenisikan dan dibahas secara unsur-unsur
dari sistem-sistem sosial. Didalam pengertian kebudayaan ide-ide merangkum
folklore (kisah-kisah rakyat), doktrin-doktrin keagamaan, teori dan prinsip
ilmu pengetahuan, filsafat pendidikan dan pemerintah, aturan- aturan olahraga,
perasaan-perasaan,system-sistem moralitas serta etika, maupun
penjelasa-penjelasan dari dunia dimana seseirang itu hidup.
·
Institusi-
institusi
Institusi-institusi
sosail pada hakikatnya adalah kumpulan-kumpulan dari norma (sturuktur-struktur
social) yang telah diciptakan untuk dapat melaksanakan suatu fungsi dari
masyarakat . Institusi-institusi ini berbeda dari norma-norma diatas , diddalam
pengertian bahwa institusi-instituisi tersebut meli[uti kumpulan-kumpulan norma
dan bukannya norma-norma yang berdiri sendiri.
c. Komponen-komponen
struktur dari kebudayaan
Penyelidik
yang berminat untuk mengadakan suatu analisa yang cermat dan terperinci
terhadap suatu kebudayaan tertentu, pada umummya berpatokan kepada apa yang
disebut komponen-komponen struktur kebudayaan, yang mempunyai
keuntungan-keuntungan analisa. Yang terutama ialah bahwa cara memberikan
kemungkinan kepada orang itu membuat daftar katalog dari tingkah laku yang
konkrit yang mugkin menjadi cirri dari satu individu atau kelompok tertentu.
Klasifikasi bias dilakukan karena kebudayaan bukanlah hanya semata-mata
merupakan suatu kumpulan dari ide-ide( norma-norma), melainkan suatu system
yang teratur dari tingkah. Komponen-komponen struktur dari kebudayaan sebagi
suatu konsep sangat membantu orang untuk menghayati organisasi (system) tingkah
laku.[2]
d. Tipe-
tipe partisipasi kebudayaan
1. Partisipasi
menyeluruh ( universals ), adalah trait- trait kebudayaan yang diperlukan bagi
seluruh anggota dari suatu masyarakat.
Kebudayaan itu diperlukan untuk eksistensi mereka didalam suatu masyarakat
bangsa tertentu, dan ini mencangkup undang- undang serta adat kebiasaan yang
berhubungan dengan kehidupan keluarga, persekolahan, aktivitas bisnis, dan
sebagainya.
2. Partisipasi
pilihan ( alternatives ), situasi- situasi dimana individu bias memilih beberapa kemungkinan tindakan
yang sama, atau hamper sama baiknya dimata masyarakat yang lebih besar.
3. Partisipasi
kekhususan ( speciality ), aspek- aspek unik dari kebudayaan yang tidak diikuti
oleh orang ramai secara umum, semua kelompok masyarakat yang besar meliputi
kelompok- kelompok yang dapat dikatakan khusus didalam pengertian propesi,
pekerjaan atau keagamaan.
e. Relativisme
kebudayaan
Standar-
standar tingkah laku berhubungan dengan kebudayaan dimana standar- standar itu
belaku, yaitu suatu gejala yang disebut dengan istilah relativitas kebudayaan. Sifat
relative dari kebudayaan itu memberikan suatu penjelasan mengenai tingkah laku.[3]
Unsur-unsur
pokok suatu kebudayaan sering disusun menjadi suatu system yang dilembagakan. Dalam tiap kelompok,
kelurga, sekolah, masyarakat terdapat cara-cara berpikir dan berbuat yang
diteerima dan diharapkan oleh setiap anggota kelompok atau masyrakat. Pola
kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyrkat disebut kebudayaan. Kebudayaan meliputi
keseluruhan pengetahuan kepercayaan ,ketermpilan ,kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kebiasaan manusia sebagi anggota masyarakat. Kebudayaan yang
terdiri atas buah pikiran, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan individu-individu,
dipelajari berkat hidup mereka dalam lingkungan sosial.
Bagi
individu yang baru lahir, Kebudayaan merupakan bantuan untuk melatihnya hidup
efektif d dunia ini.Generasi baru tidak perlu menemukan segala sesuatu dari
mulanya akan tetapi dapat belajar dari orang0orang di sekitarnya.
Tiap manusia merupakan individu
yang unik, namun banyak kelakuannya dipengaruhi oleh kebudayaan seperti pikiran,
bahasa, cara member hormat, cara makan, apa dimakan, dan seribu satu hal
lainnya.. Perbedaan individual terdapat dalam bentuk variasi-variasi dalam
kerangka kebudayaan itu.
Ada
diantaranya yang boleh dikatakan diikuti oleh semua. Yang disebut universal seperti bahasa,moral
perkawinan. Selain itu ada pula pola kelakuan yang memungkinkan pilihan,
misalnya perkawinan catatan sipil, dengan atau tanpa upacra adat, agama, atau
pesta. Ini disebut alternative.
Akhirnya ada pula pola kelakuan yang khas misalnya bagi dokter, guru,
penerbang, siswa, dan sebagianya yang disebut speciality atau kelakuan yang khas.
Dalam
tiap masyarakat besar terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai sub-kebudayaan
atau subculture yang
tersendiri.Mereka menggunakan bahasa tersendiri yakni kata-kata yang mempunyai
makna yang khas bagi mereka, mereka mempunyai norma-norma tersendiri dan
mempunyai buak pikiran yang tidak dimiliki oleh masyrakat umumnya.Subculture ini terdapat di kalangan
pemuda, pemudi, ( golongan menurut usia dan jenis kelamin), juga di kalangan
mereka yang mempuyai pekerjaan tertentu ( nelayan, calo, pencopet) atau
termasuk golongan etnik, atau suku bangsa tertentu. Guru hendaknya berusaha memahami
subkebudayaan murid-muridnya.[4]
B. KEBUDAYAAN
SEKOLAH
Sistem
pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh masyarakat dari murid-murid. Kehidupan disekolah dan norma-norma yang
berlaku dapat disebut dengan kebudayaan sekolah. Walaupun kebudayaan sekolah
merupakan kebudayaan dari kebudayaan masyarakat luas, namun mempunyai ciri-ciri
yang khas sebagai suatu “subculture”. Sekolah bertugas untuk menyampaikan
kebudayaan kepada generasi baru dan karena itu harus selalu memperhatikan
masyarakat dan kebudayaan umum.
Timbulnya
sub-kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian yang cukup besar dari
waktu murid yang terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi yang serupa
ini dapat berkembang pola kelakuan yang khas bagi anak muda yang tampak dari
pakaian, bahasa, kebiasaan kegiatan-kegiatan serta upacara-upacara. Sebab lain
timbulnya kebudayaan sekolah adalah tugas sekolah yang khas yakni mendidik anak
dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap, keterampilan yang sesuai
dengan kurikulum dengan metode dan teknik kontrol tertentu yang berlaku
disekolah itu.
Tiap
kebudayaan mengandung bentuk kelakuan yang diharapkan dari anggotanya.
Disekolah diharapkan bentuk kelakuan tertentu dari semua murid dan guru. Itulah
yang menjadi norma bagi setiap murid dan guru.
·
Kenaikan kelas
Belajar
dengan rajin agar naik kelas merupakan patokan yang mempengaruhi kehidupan anak
selama bersekolah. Untuk itu ia harus menguasai bahan pelajaran yang ditentukan
oleh kurikulum yang sering diolah dalam bentuk buku pelajaran, diktat atau
kitab catatan. Dengan nilai atau tes ulangan guru menilai kemampuan anak. Hak
guru memberi angka memberinya kekuasaan yang disegani murid. Ada juga guru yang
bila perlu menggunakan angka itu untuk menegakkan kekuasaannya. Guru itu
disebut “killer” sangat ditakuti.
Angka
rapor menjadi dasar bagi kenaikan kelas. Pemberian rapor dan penentuan kenaikan
kelas sering dilakukan dengan upacara tertentu sekalipun sederhana. Tinggal
kelas merupakan masalah yang berat bagi murid. Bagi anak yang bersangkutan ini
bahwa ia akan ditinggalkan oleh teman-temannya selama setidaknya satu tahun dan
ia harus masuk kelompok anak-anak yang lebih muda daripadanya yang selama ini
lebih rendah kedudukannya. Oleh sebab itu kenaikan kelas merupakan hal yang
sangat penting maka murid-murid biasanya belajar untuk memperoleh angka yang
baik , walaupun ilmu itu juga penting.
·
Upacara-upacara
Peristiwa
yang biasanya dilakukan dengan upacara ialah penerimaan murid baru. Pada waktu
yang lalu murid-murid SMA turut melakukan masa perkenalan, meniru
kakak-kakaknya diperguruan tinggi. Sebenarnya mereka mengikuti jejak mahasiswa
zaman kolonial, yang menerima mahasiswa baru dengan upacara perpeloncoan. Masa
“perkenalan” itu memang banyak dan sering menyimpang dari tujuannya yakni
memperkenalkan sekolah sebagai lembaga pendidikan kepada siswa-siswa baru.
Upacara
yang menggembirakan ialah upacara wisuda yang melepaskan para siswa yang telah
lulus yang kemudian akan melanjutkan pelajaran pada lembaga pendidikan yang
lebih tinggi atau mengadu nasibnya dalam dunia pekerjaan.
Upacara
itu melambangkan beberapa hal:
Ø Untuk
menyatakan besarnya nilai pendidikan bagi pembinaan generasi muda dan
kepercayaan bahwa pendidikan membawa kemajuan bagi setiap siswa. Dalam
penyelenggaraan sekolah sering diperlukan dukungan dan bantuan orang tua,
spiritual, maupun materiil sebagai partner pemerintah.
Ø Bagi
mereka yang lulus, wisuda itu merupakan pengakuan atas taraf pendidikan yang
telah mereka capai. Wisuda mengakhiri periode tertentu dalam hidupnya dan
membuka lembaran baru serta memasukiperiode yang baru dan masa menuju
kedewasaan. Selain itu wisuda merupakan tanda penghargaan atas keberhasilan
siswa dalam pelajarannya yang diperoleh dengan jerih payah.
·
Upacara Bendera
Ada
sekolah yang memulai sekolah dengan mengumpulkan murid-murid untuk upacara
namun ada juga sekolah swasta mungkin mulai dengan do’a serta pengumuman dan
petunjuk dari kepala sekolah. Ada pula yang memulai dengan senam pagi atau
dengan kegiatan lain.
Upacara
ini selain mempunyai fungsi control juga menanamkan rasa identifikasi anak
dengan sekolahnya dan semangat persatuan serta rasa turut bertanggung jawab
atas nama baik sekolahnya.
Suatu
upacara yang diwajibkan bagi tiap sekolah dinegara kita adalah upacara bendera
pada setiap hari senin tiap minggu dan pada tanggal 17 tiap bulan. Upacara
bertujuan untuk menanamkan rasa kebangsaan dengan meresapkan dasar pikiran, dan
cita-cita serta norma-norma yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945,
Pancasila, dan Sumpah Pemuda. Kesempatan ini juga dapat digunakan oleh Kepala
Sekolah untuk berbagai pengumuman dan petunjuk-petunjuk lainnya demi kebaikan
sekolah. Upacara dianggap sebagai kesempatan yang yang penting untuk
menyampaikan dan menerima pesan-pesan.
Upacara-upacara lain yang terdapat
disekolah ialah pergantian pengurus OSIS, penyerahan tanda penghargaan atas
kemenangan atas kemenangan dalam berbagai pertandingan dan perlombaan
kemenangan ini sangat meningkatkan rasa kebangsaaan atas sekolah sendiri serta
identifikasi murid dengan sekolahnya.[5]
C.
PENGARUH KEBUDAYAAN SEKOLAH TERHADAP MASYARAKAT
Sekolah yang berorentasi penuh kepada kehidupan masyarakat
disebut Community school atau sekolah masyarakat.Sekolah ini berorentasi pada
masalah-masalah kehidupan dalam masyarakat seperti masalah usaha manusia
melestarikan alam, memanfaatkan sumber-suber alam dan manusia, masalah
kesehatan, kewarganegaraan, penggunaan waktu senggang, komunikasi, transport,
dan sebagainya.Dalam kurikulum ini anak dididik agar turut serta dalam
kegiatan masyarakat. Pelajaran mengutamakan kerja kelompok. Dengan
sendirinya kurikulum itu fleksibel, berbeda dari sekolah ke sekolah,dari tahun
ke tahun dan tidak dapat ditentukan secara uniform.murid-murid mempelajari
lingkungan sosialnya untuk mengidentifikasi masalah-maslah yang dapat dijadikan
pokok bagi suatu unit pelajaran.Khususnya yang memberi kesempatan kepada
murid-murid untuk meningkatkan mutu kehidupan dalam masyarakat sekitarnya.
Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat turut
sertakan. Tokoh-tokoh dari setiap aspek kehidupan masyarakat seperti dari dunia
perusahaan, pemerintah, agama, politik, dan sebagainya.diminta bekerja sama
dengan sekolah dalam peroyek perbaikan masyarakat. Untuk itu diperlukan
masyarakat yang turut bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan
pendidikan anak.Sekolah dan masyarakat dalam hal ini bekerja sama dalam suatu
aksi social.
Bayak kesulitan yang dihadapi bila kita ingin menjalan kan
sekolah seperti itu.Meminta waktu dan tenaga tokoh-tokoh masyarakat dalam suatu
proyekpelajaran sekolah akan bayank menemui rintangan. Demikian pula bila anak
ingin mengunjungi berbagai kantor, Pabrik, Perusahaandan sebagainya.Kurikulum
sekolah sepenuh nya di dasarkanatas maslah-maslah masyarakat yang mendapat
kencamanyang pedasdari golongan yang menginginkan kurikulum akademis
berdasarkan disiplin ilmu.Setelah peluncuran sputnik kurikulum yang
subject-contered berupa mata pelajaranatau bidang setudi kembali mendapat
peranan utama.
Sekarang mungkin jarang terdapat orang yang berpegang
sepenuhnya pada prinsip-prinsip community school.Akan tetapi walaupun kurikulum
bersifat subject-centered,perlu juga berorientasi pada anak dan masyarakat.Tak
mungkin kurikulum efektif tanpa memperhitungkan anak dan tak ada kurikulum yang
tidak mempersiapkan anak untuk masyarakat.Setiap sekolah harus relevan dengan
kebutuhan masyarakat karena sekolah didiirikan oleh masyarakat untuk
mempersiapkan anak untuk masyarakat.Maka kerena itu guru perlu mempelajari dan
mengenal masyarakat sekitarnya.[6]
D. NORMA-
NORMA SOSIAL DALAM SITUASI BELAJAR
Interaksi
yang terus-menerus antara guru dengan murid mengharuskan masing-masing memahami
norma-norma kelakuan serta isyarat-isyarat yang melambangkan norma-norma
tertentu. Tanpa disiplin kegiatan tak dapat berjalan baik. Pelanggaran akan
terjadi bila isyarat-isyarat itu tidak dipahami atau tidak diterima baik oleh
sebab komunilasi antara kedua belah pihak tidak serasi.
Norma-norma
di sekolah juga harus memperhatikan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Guru
harus memanfaatkan harapan-harapan orang tua dan menerapkannya dalam kelasnya
dalam bentuk norma-norma.
E. LATAR
BELAKANG GURU
Menurut
penelitian di Amerka Serikat sebagian besar guru bersal dari golongna menengah
seperti petani, pengusaha kecil, buruh harian, dan sebagainya. Latar belakang
guru yakni bersal dari golongan petani dan dan kaum buruh perlu dipertimbangkan
dalam pola kebudayaan di sekolah yang banyak dipengaruhi oleh guru itu.
Guru
akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang diperolehnya melalui pendidikan
dari orang tuanyanke dalam kelas yang diajarnya. Dalam kelas guru merupakan
daya utama menentukan norma-norma di dalam kelasnya dan otoritas guru sukar
dibantah. Dialah menentukan apa yang harus dilakukan oleh murid agar ia
belajar. Ia menuntut agar anak-anak menghadiri setiap pelajaran agar mereka
berlaku jujur dalam ulangan, datang pada
waktunya ke sekolah, melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.[7]
A. PENUTUP
Masyarakat
sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Dalam pengelompokan
tersebut seing dibedakan antara kelompok primer dan sekunder.
Kebudayaan
mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga
mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial. Dari lahir sampai mati manusia hidup
sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam masyrakat berarti adanya interaksi
sosial dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan
mempengaruhi orang lain.Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat. Hubungan
antara individu itu bukan sepihak melainkan timbal balik. Kebudayaan
mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga
mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. Abu, Sosiologi Pendidkan, Jakarta:PT. Rineka Cipta,2004
Nasution. Sosiologi
pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1994
[1] Prof. Dr. S. Nasution MA. Sosiologi pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. 1994. Hal: 60- 64
[2]
Drs. H. Abu Ahmadi,Sosiologi Pendidkan,Jakarta:PT.
Rineka Cipta,2004,hal:199-203
[3]
Drs. H. Abu Ahmadi, ibid, hal:205-207
[4]
Prof. Dr. S Nasution, M.A, opcit, hal:
63-64
[5]
Prof . Dr. S. Nasution, M.A, ibid, hal:65-68
[7]
Prof . Dr. S. Nasution, M.A, Op. cit hal:68-70
0 Response to "sosiologi MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH "
Posting Komentar